Permukaan
bumi mengalami perubahan baik secara evolusi (lambat) maupun revolusi (cepat).
Perubahan ini disebabkan adanya tenaga endogen dan eksogen. Terbentuknya
pegunungan, gunung, dataran rendah, dataran tinggi, atau lembah merupakan hasil
aktivitas tenaga endogen. Begitu pula proses pelapukan, erosi, dan sedimentasi
sebagai tenaga eksogen berpengaruh terhadap pembentukan muka bumi. Adanya
keragaman bentuk muka bumi ini menyebabkan perbedaan berbagai aspek, antara
lain : iklim, kesuburan tanah, tata air, dan unsur-unsur lainnya.
Perbedaan
semua aspek tersebut tentu saja berpengaruh terhadap mahluk hidup (tumbuhan,
hewan, dan manusia) di sekitarnya. Pernahkah kita berfikir, kenapa hampir di
setiap daerah memiliki kekhasan tumbuhan, hewan, dan juga kehidupan manusia.
Mengapa pohon kurma hanya tumbuh subur di daerah Arab (padang pasir)? Mengapa
pohon teh dan kopi tumbuh subur di daerah pegunungan? Mengapa Jerapah lehernya
panjang? Mengapa orang Eskimo selalu memakai baju tebal? Atau mengapa kebiasaan
nelayan menangkap ikan pada malam hari padahal secara logika lebih terang pada
siang hari? Dan mungkin banyak lagi pertanyaan-pertanyaan serupa di benak Anda.
Semua gejala itu merupakan adaptasi atau penyesuaian mahluk hidup terhadap alam
sekitarnya.
Memang
mahluk hidup termasuk manusia tidak bisa hidup tanpa alam. Atau lebih khususnya
mahluk hidup juga tidak bisa bertahan hidup apabila tidak bisa menyesuaikan
diri dengan alam sekitarnya. Itulah sebabnya mengapa orang Eskimo memakai baju
tebal, karena di sana iklimnya dingin. Begitu pula para nelayan menangkap ikan
di malam hari karena angin darat yang berhembus ke laut membantu mereka dalam
perjalanan ke tengah laut.
Akibat
adanya proses adaptasi manusia terhadap lingkungan ini melahirkan kebiasaan
yang berbeda. Corak kehidupan di daerah pegunungan berbeda dengan manusia yang
tinggal di dataran rendah, begitupun sebaliknya. Pada bahasan kali ini kita
fokuskan pada pengaruh bentuk muka bumi terhadap kehidupan di daerah pegunungan
dan dataran rendah dari aspek tumbuhan, mata pencaharian, makanan, pakaian,
bentuk rumah, dan sistem transportasi.
1.
Kehidupan
di daerah pegunungan
Bagi Anda yang tinggal di daerah pegunungan
tentunya bisa bercerita banyak tentang kehidupan manusia di sekitarnya.
Pegunungan atau gunung memiliki iklim yang sejuk. Karena angin yang datang dari
arah laut setelah mencapai daerah pegunungan dan gunung, naik ke atas. Akhirnya
angin menjadi lebih dingin, sehingga menimbulkan awan terjadilah hujan di sekitarnya. Banyaknya hujan ini di samping tanahnya subur (banyak mengandung
humus) menimbulkan tumbuh suburnya berbagai jenis tumbuhan. Hutan lebat dengan
berbagai jenis tumbuhan subur. Adanya hutan lebat ini menahan terjadinya tanah
longsor dan banjir di saat terjadinya hujan. Hutan juga dapat menyimpan air,
sehingga di sekitarnya banyak ditemukan mata air yang sangat bermanfaat bagi
mahluk hidup. Hutan juga berfungsi menetralisir polusi udara. Oleh karena itu
hutan terutama hutan tropis sering disebut sebagai paru-paru dunia.
Secara umum daerah pegunungan dapat digolongkan
menjadi dua yaitu daerah pegunungan rendah dan daerah pegunungan tinggi. Daerah
pegunungan rendah memiliki ketinggian berkisar 600 s.d. 1.500 meter, sedangkan
daerah pegunungan tinggi memiliki ketinggian sekitar 1.500 s.d. 2.500 meter di
atas permukaan laur. Adanya perbedaan ketinggian ini tentu saja berpengaruh
terhadap iklim. Daerah pegunungan rendah memiliki suhu antara 17 s.d. 22
derajat Celcius, sehingga daerah ini sering disebut daerah sedang. Daerah
seperti ini misalnya di pegunungan Sulawesi Utara, Pegunungan Kidul, Pegunungan
Muler, dan daerah lainnya.
Daerah pegunungan tinggi memiliki suhu udara
yang sejuk yaitu berkisar antara 11 s.d. 17 derajat Celcius. Daerah seperti ini
contohnya di Dataran Tinggi Bandung, Bukit Barisan, Pegunungan Dieng,
Pegunungan Tengger, dan daerah lainnya. Karena suhu udaranya yang sejuk ini,
pakaian penduduk biasanya tebal.
Hasil utama hutan adalah kayu. Kayu ini sangat diperlukan untuk berbagai kebutuhan manusia, di antaranya untuk kayu bakar, bangunan, mebel, bahan kertas, dan lainnya. Di samping itu hutan juga dapat menghasilkan rotan, buah-buahan, getah, dan lain-lain. Oleh karena itu penduduk sekitar hutan banyak yang bermata pencaharian mencari hasil hutan, seperti kayu bakar, kayu, rotan, buah-buahan, atau jenis getah untuk dijual ke daerah perkotaan.
Hasil utama hutan adalah kayu. Kayu ini sangat diperlukan untuk berbagai kebutuhan manusia, di antaranya untuk kayu bakar, bangunan, mebel, bahan kertas, dan lainnya. Di samping itu hutan juga dapat menghasilkan rotan, buah-buahan, getah, dan lain-lain. Oleh karena itu penduduk sekitar hutan banyak yang bermata pencaharian mencari hasil hutan, seperti kayu bakar, kayu, rotan, buah-buahan, atau jenis getah untuk dijual ke daerah perkotaan.
Di daerah pegunungan juga dihasilkan bahan
tambang, seperti biji besi, tembaga, nikel, timah putih, emas, perak dan jenis
bahan tambang lainnya.Tambang belerang juga umumnya ditemukan di daerah sekitar
gunung api. Adanya jenis bahan tambang ini tentu juga berpengaruh terhadap mata
pencaharian penduduk setempat. Di sekitar daerah pertambangan, banyak penduduk
yang bermatapencaharian menjadi buruh tambang. Bakan tidak sedikit di antara
mereka bertindak sebagai penambang liar. Misalnya di daerah Kalimantan Tengah
ditemukan daerah penambangan emas liar yang dilakukan oleh masyarakat
sekitarnya.
Daerah pegunungan umumnya memiliki tanah yang
subur, karena disamping daerah vulkanis juga memiliki curah hujan yang tinggi.
Kesuburan tanah ini berpengaruh terhadap mata pencaharian penduduk sekitarnya.
Umumnya penduduk daerah pegunungan menggantungkan hidupnya dari pertanian dan
perkebunan. Tanaman yang mereka tanam seperti kina, teh, kopi, sayur-sayuran,
dan berbagai jenis buah-buahan. Di daerah pegunungan rendah banyak pula yang
menanam padi dan tembakau sebagai mata pencaharian mereka. Hasil pertanian dan
perkebunan ini selain mereka konsumsi sendiri, juga dijual ke daerah perkotaan
dalam memenuhi keperluan hidup mereka.
Kebiasaan penduduk di daerah pegunungan
menyesuaikan dengan alam sekitar mereka. Di daerah pegunungan tinggi biasanya
memakai pakaian yang tebal terutama pada malam dan pagi hari, karena suhu udara
terasa dingin. Rumah mereka biasanya dibangun di lereng. Rumah di daerah tinggi
yang dingin dibuat tertutup agar hangat. Sedangkan di daerah rendah dibuat
terbuka dengan ventilasi lebar agar udara dapat bebas bersirkulasi. Umumnya
rumah mereka mengelompok pada daerah yang agak datar. Pengelompokan perumahan
ini biasanya membentuk ikatan kekeluargaan yang erat, sehingga kehidupan mereka
tampak rukun dan damai. Di daerah pegunungan rendah rumah biasanya dibangun
pada sebuah dataran tinggi, sehingga dapat menampung penduduk yang relatif
banyak. Biasanya daerah pegunungan rendah ini penduduknya lebih padat
dibandingkan daerah pegunungan tinggi.
Daerah pegunungan memiliki alam yang
berbukit-bukit. Tidak sedikit di antara bukit dipisahkan oleh lembah, lereng
atau sungai. Kondisi alam seperti ini kurang menguntungkan dalam bidang
transportasi. Untuk berjalan kaki saja dirasakan berat, karena harus mendaki
(naik dan turun). Oleh karena itu pembangunan jalan raya atau jalan kereta api
relatif sulit dan memerlukan biaya besar. Namum jika daerah pegunungan berhasil
dibangun jalan raya atau jalan kereta, hasilnya sangat menarik. Misalnya jalan
raya di kawasan Puncak Bogor Jawa Barat yang berkelok-kelok, apabila dilihat
dari bagian atas atau dari udara sungguh indah. Begitu pula jalan kereta api di
sekitar Purwakarta Jawa Barat atau Lembah Anai Sumatera Barat tampak indah
dihiasi banyaknya jembatan yang menghubungkan antar bukit, bahkan jalan kereta
api harus menembus gunung (terowongan).
2.
Kehidupan di daerah dataran rendah
Umumnya
dataran rendah di Indonesia merupakan dataran hasil endapan oleh air, atau
sering disebut dataran aluvial. Biasanya dataran aluvial, tanahnya subur dan
sangat baik untuk daerah pertanian, perkebunan, pemukiman, atau juga untuk
industri. Apalagi daerah seperti ini yang dialiri sungai dapat lebih memenuhi
kebutuhan air tawar untuk pertanian, perumahan, dan juga industri. Kalau kita
membuka sejarah, memang nenek moyang kita umumnya hidup di sekitar aliran
sungai. Oleh karena itu biasanya daerah yang dekat dengan aliran sungai
penduduknya padat sehingga banyak daerah pinggir sungai yang berkembang menjadi
kota.
Bahan
endapan aluvium mampu menyerap dan menahan air di dalamnya. Karena itu di
wilayah ini mempunyai air tanah yang banyak. Hal ini dapat kita perhatikan
daerah di sekitar Jakarta. Di Jakarta penduduknya padat. Hampir semua rumah
memiliki dan menggunakan air tanah untuk keperluan rumah tangga. Apalagi untuk
industri, perkantoran, atau hotel memerlukan air tanah yang sangat banyak. Bisa
dibayangkan berapa juta liter air yang disedot setiap harinya di areal Jakarta.
Umumnya
dataran rendah dan delta sangat baik untuk lahan pertanian. Pengolahan tanah
bisa lebih mudah karena tanahnya datar dan tidak keras. Pengaturan air, dan
transportasinya juga lebih mudah bila dibandingkan daerah dataran tinggi.
Karena itu di daerah ini mata pencaharian penduduknya banyak yang bertani.
Tanaman yang cocok adalah padi, tebu, jagung, kelapa, dan palawija. Umumnya
pertanian di daerah ini memiliki areal yang luas dan bisa menghasilkan produksi
pertanian yang besar. Misalnya di jalur pantai Utara Jawa Barat merupakan salah
satu penghasil padi terbesar, sehingga sering disebut lumbung padi nasional.
Daerah
dataran rendah juga dapat berupa daerah pantai. Umumnya penduduk yang tinggal
di sekitar pantai bermatapencaharian sebagai nelayan. Ada pula di beberapa
daerah para nelayan selain menangkap ikan laut, mereka juga membudidayakan
tambak. Misalnya di pantai Timur Sumatera dan pantai Utara Jawa tidak sedikit
para nelayan yang membudidayakan tambak udang. Lain halnya dengan di sekitar
pantai curam, seperti di pantai Selatan Pulau Jawa, penduduknya selain sebagai
nelayan juga bercocok tanam.
Dalam
kenyataannya tidak semua dataran rendah tanahnya subur. Daerah rawa-rawa,
seperti di daerah Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya tanahnya tidak subur.
Karena terlalu lama tergenang oleh air, sehingga unsur haranya sudah habis
tercuci. Daerah rawa masih belum dimanfaatkan secara optimal. Hanya sebagian
kecil rawa-rawa yang dimanfaatkan sebagai sawah pasang surut atau dijadikan
tambak udang, misalnya di rawa-rawa sempit daerah Jawa, Sumatera, Bali,
Sulawesi, dan daerah lainnya.
Dataran
rendah mempunyai ketinggian di bawah 600 meter di atas permukaan laut. Suhu
udaranya berkisar antara 22 s.d. 27 derajat Celcius, sehingga termasuk daerah
panas. Di Indonesia banyak ditemukan daerah dataran rendah, misalnya pantai
Timur Sumatera, pantai Utara Pulau Jawa, pantai Barat dan Selatan Kalimantan,
pantai Utara Irian Jaya, dan banyak lagi daerah lainnya. Karena udaranya panas,
biasanya bentuk rumah di daerah ini memiliki ventilasi yang lebar dan banyak,
sehingga memudahkan sirkulasi udara. Jenis pakaian juga dipilih dari kain yang
relatif tipis dan sejuk. Mereka biasanya menghindari pakaian dari bahan yang
tebal.
Dataran
rendah umumnya berpenduduk padat. Begitu pula kota-kota besar juga umumnya
berada di dataran rendah. Sebut saja kota Jakarta, Medan, Semarang, Surabaya,
Banjarmasin, dan banyak lagi kota lainnya semuanya berada di dataran rendah. Barangkali
Anda bertanya kenapa hampir semua kota berada di dataran rendah, tidak di
pegunungan? Dataran rendah tanahnya relatif luas, sarana dan prasarana juga
mudah dibangun, tanahnya relatif subur dan mempunyai cadangan air yang cukup.
Semua itu mendukung pertumbuhan daerah dataran rendah menjadi sebuah kota.
Karena itu dataran rendah secara umum penduduknya lebih cepat maju. Mata
pencaharian penduduk lebih bervariasi, ada yang bertani, nelayan, berdagang,
industri, maupun bergerak dalam bidang jasa.
Pembangunan
sarana transportasi di dataran rendah juga lebih menguntungkan. Perjalanan bisa
lebih cepat karena jalannya lurus dan tidak mendaki. Biaya pembuatan dan
pemeliharaan jalan juga lebih murah dan mudah. Tidak heran di dataran rendah
banyak ditemukan jenis sarana transportasi, mulai dari sepeda, beca, motor,
mobil, kereta api, pesawat udara, dan lain-lain. Di sebagian dataran rendah
juga banyak yang memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi. Misalnya di
daerah Sumatera dan Kalimantan banyak penduduk yang menggunakan perahu sebagai
sarana transportasi di sungai.